Minggu, 26 Agustus 2012

Cerpen 3 ---- Balada Kisah Si Tejo

       “Tejo! Cepet dong! Kasihkan ini sama pelanggan yang didepan dari tadi itu udah nunggu lama!” kata Ilman, kasir dari Depot Nikmat Mantap. Dengan tangkasnya Tejo langsug mengambil dan memberikan sop iga untuk pelanggan yang sudah lumayan menunggu lama. “Jo? Gimana sekolah kamu? Kamu yakin bisa sekolah sambil kerja kayak gini? Kalau ketahuan sama temen-temen mu sekolah gimana? Aku tahu kamu pasti malu banget kan?” tanya teman Tejo bernama Cap. “Yaiyalah Cap, ya biar gak ketahuan ya jangan sampai ketahuan. Siapa sih yang gak kenal Tejo, Tejo kan bisa apa aja.” Jawab Tejo. “Yah kamu jo. Sombong banget ati-ati loh kalau temen mu tiba-tiba aja yang kesini.” Ketus Cap. “eh kalian ngapain disana gak kerja malah bercanda!” sahut Ilman tukang kasir yang judes itu.
        KRINGGGGGG…………!! Bel sekolah berbunyi dengan kencang. Tejo langsung masuk kelas dan duduk disebelah Jay, sahabatnya. “Jo, PR Sosio udah belum? Aku mau contek ya? Aku kemarin disuruh nemenin mama belanja dipasar tuh Jo.” Jelas Jay. “Kebiasaan kamu Jay. Kapan kamu bisa rajin. Aku aja selalu nyempetin ngerjain PR ya meskipun aku sibuk..” “Emang kamu sibuk apa Jo?”tiba-tiba Jay menyahut. “A e em.. sibuk ngeberesin kamar Jay, kamar ku kan gede banget. Jadi harus di bersiin dong.” Jawab Tejo dengan gelagapan. “oh gitu. Tumben banget rajin?” Kata Jay. Tanpa menjawab kata-kata Jay, Tejo diam dan tidk ingin melanjutkan permbicaraan Tejo takut jika Jay tau jika dia kerja paru waktu dan bukan rang kaya seperti yang Tejo selalu pamerkan di depan Jay. Tejo takut jika Jay tahu yang sebenarnya dia akan meninggalkan Tejo. Kedatangan guru Sosio menghentikan lamunan si Tejo.
         Waktu sekolah telah usai, dan sekarang waktunya Tejo pulang kerumahnya yang tak jauh dari sekolahnya itu. Rumahnya yang sangat kecil itu di tinggali tejo berdua dengan ibunya seorang. Ayahnya yang tiba-tiba pergi meninggalkan dia dan keluarganya menjadi TKI di negeri tetangga sampai sekarang masih belum memberikan kabar tentang keadaanya. Ayahnya pun tidak pernah mengirimkan uang untuk keluarganya. Itu lah yang membuat Tejo bekerja paruh waktu di Depot Nikmat Mantap. Ibunya memang bekerja sebagai tukang cuci keliling tetapi, penghasilan dari mencuci masih belum bisa mencukupi kebutuhan hidup yang semakin mendesak. “Ibuk? Buk? Ini tadi ada surat tagihan didepan. Tejo taruh mana buk?” tanya Tejo. Tetapi masih belum saja di jawab oleh ibunya. Tejo lalu berlari ke kamar ibunya dan melihat ibunya masih sakit,mungkin karena terlalu lelah bekerja seharian.
            Melihat keadaan yang dialami ibunya Tejo merasa tidak tega dan memikirkan jalan keluar dari masa sulitnya ini. Banyak tagihan yang harus dibayarnya, biaya sekolah, dan kebutuhan-kebutuhan untuk hidup lainnya. Semalaman Tejo memikirkan hal ini.”ibu, mulai besok ibu jangan kerja lagi ya? Biar Tejo saja yang kerja. Ibu sudah terlalu tua. Sudah tidak kuat tubuh ibu,” kata Tjo kepada ibunya yang sedang terbaring di kasurnya. “Kamu serius? Apa benar-benar tidak keberatan? Apa kamu tidak mau sekolah?” tanya ibu. “Sudahlah buk,Tejo mau kok, lagipula, semenjak bapak pergi dan tidak mau menghidupi kita lagi. Memang seharusnya Tejo yang harus menghidupi ibuk dan menjadi tulang punggung keluarga.” Jawab Tejo sambil memberikan senyuman manis kepada ibuknya.
          “Jay? Mana si Tejo? Biasanya dia rajin masuk sekolah. Kok sekarang dia sering tidak masuk? Kamu tahu Tejo kemana?” tanya kepala sekolah kepada Jay. “Maaf bu, tapi saya juga tidak tahu. Bertahun-tahun saya sebangku sama Tejo Cuma yang ini bu saya tidak tahu dia kemana.”jawab Jay. “Padahal rencananya saya mau mengajak dia untuk ikut berolimpiade Sains. Kan lumayan juga itu hasilnya kamu bisa kan cari dia, mungkin mendatangi rumahnya?.” Kata Kepala sekolah. “Ya sudah bu, nanti saya usahakan mencari dia. Saya juga menyesal bu, sebagai sahabat yang kenal bertahun-tahun, saya tidak pernah tau alamat rumahnya. Saya pamit dulu ya bu. Selamat siang bu.” Kata Jay sambil meninggalkan ruangan .
          Sepulang sekolah Jay mencari kemana-mana tetapi hasilnya dia tidak mengerti sama sekali dimana Tejo. Saat itu lah dia merasa sangat kehilangan sahabatnya. Dia juga menyesal selama bersahabat dia tidak terlalu ingin tahu tentang Tejo. Mungkin karena sifat Jay yang sangat-sangat cuek itu. dan sekarang Jay merasa sangat kehilangan tidak hanya dia, tetapi sekolah juga kehilangan dia. “Tejo kamu dimana sih? Aku lama-lama juga capek kalau carik kamu tapi aku gak tahu kamu dimana.”Mau pesen apa mas?” suara seseorang pelayan depot mengkagetkan Jay. “Pesen…. Loh? Cap? Kamu kerja disini? Gimana keadaan kamu sekarang? Udah lama banget kita gak ketemu.” Teriak Jay. “iya Jay semenjak aku ngundurin diri jadi sopir di rumah mu aku kerja jadi pelayan Depot. Tumben kamu cari makan disini Jay?” sahut Cap. “iya nih, aku lagi carik temen aku dia tiba-tiba ngilang gitu gak ada kabar. Padahal sekolah aku lagi butuhin dia buta Olimpiade Sains.” Jelas si Jay. Percakapan mereka yang terlalu lama itu membuat pelanggan yang lain tidak terlayani dengan baik. “Cap! Jangan ngobrol terus. Cepetan layanin yang sebelah sana tuh!” teriak si Tejo dengan tergesa-gesa membuat pembicaraan Cap dan Jay terhenti Jay langsung melihat ke arah teriakan tersebut. Mengerti yang bertiak adalah orang yang dia cari, Jay langsung berlari dan memegang tangan Tejo. 
      “Ya ampun, mana mungkin aku setega itu Jo, aku berteman bukan melihat harta dari temen aku. Aku gak akan sejahat itu kok.” Jelas Jay. “Iya Jo, udah deh sekarang kamu balik sekolah biar, kamu ikut olimpiade Sains aja, hadiahya lumayan loh bisa ngerubah hidup kamu juga. Kita semua yakkin kok kalau kamu pasti menang.” Kata Cap. “Makasih ya Cap Jay, tapi aku harus kerja. Iya kalau aku menang kalau aku kalah?”tanya si Tejo. “kalau kamu kalah ya kamu tinggal balik kerja disini aja. Gitu aja kok susah.” Tiba-tiba kata-kata Ilman memecahkan keheningan. Memang dari tadi Ilman memperhatikan pembicaraan mereka bertiga. Dan Ilman pun bersedia membantu Tejo. “oke aku terima!” aku sekolahlagi dan ikut olimpiade sains itu, Cap dan Jay, aku titip ibuku ya!” kata Tejo dengan semangat. Cap, Jay, dan Ilman menganggukan kepala.
       Setelah mejelaskan kepada ibunya, ibunyapun sangat mendukung Tejo. Hari demi hari Tejo selalu berlatih untuk olimpiade nya. Dan setara dengan perjuangannya Tejo memenangkan olimpiade tersebut. Hadiahnya dia mendapat beasiswa dari sekolahnya, dan beasiswa dari sebuah unversitas teranama dan juga mendapatkan uang yang bisa membantu kehidupannya kedepan bersama ibunya tercinta.

0 komentar:

Posting Komentar