Minggu, 26 Agustus 2012

Cerpen 2 --- Pemanah Ban Mobil

          Bulan Ramadhan kali ini memang sangat bermakna bagi Bambang. Jelas saja, dia dan keluarganya bisa mudik bersama-sama setelah tahun-tahun yang lalu mereka tidak bisa mudik ke kampung halamannya. Dan sekarang keluarga tersebut bersiap untuk mudiknya ke Yogyakarta. “Ibuk, kita berapa hari disana? Bambang bawa baju sedikit saja ya bu, biar tidak berat nih buk.” Tanya Bambang kepada ibunya. “Iya sudah, terserah kamu kira-kira sendiri saja. Tapi juga jangan terlalu sedikit kita disana kira-kira 4 harian lah mbang.” Jawab ibu sambil sibuk memasak untuk buka puasa. “Berarti kita akan mudik sambil puasa buk?” tanya adaik bambang yang bernama Suminto. “iya min, tapi kalau kamu tidak kuat, batal puasa juga tidak papa kok, kita kan tergolong musafir.” Jawab ayah. “Tidak yah, Minto harus puasa penuh di Ramadha kali ini. Minto malu nanti sama ibu guru kalau Minto di tanya nanti.” Tegas Minto kepada ayahnya. Setelah percakapan tentang persiapan hari mudik besok. Adzan Magrib pun mulai berkumandang, Bambang dan Minto pun lari ke meja makan. Dan keluarga tersebut berbuka puasa bersama menikmati hidangan yang dibuat ibu.
        “Min, ayo cepat bangun! Kamu puasa gak? Ini udah waktunya sahur min.” ucap Bambang sambil membangunkan adiknya. Dengan muka ngantuknya Suminto bangun dan langsung ke kamar mandi untuk mencuci mukanya. Saat sahur, ayah menyuruh Bambang dan Suminto untuk memasukkan barang- barang kedalam mobil karna mereka akan berangkat setelah sholat Subuh. “Semuanya siap? ayo cepat masuk mobil dan kita langsung berangkat.” Teriak ayah. Keluarga tersebut masuk kedalam mobil dan merekapun berangkat untuk mudik. “Akhirnya kita mudik juga ya yah, aku kangen sekali dengan saudara-saudara di sana. Bagaimana ya keadaan disana? Berubah tidak ya?.” Ucap Bambang. “Ya kita lihat sajalah nanti, ayah juga tidak tahu bang.” Jawab ayah. Di sepanjang perjalanan banyak sekali pemandangan indah yang mereka lihat. Suminto sangat bersemangat dan tidak tidur hanya untuk memoto pemandangan yang mereka lewati. Sedangkan ibu dan Bambang sudah tertidur pulas.
         “Ada apa ini min? kok mobil nya berhenti? Kita baru nyampek mana? Kok sudah istirahat?” tanya Bambang kepada adiknya. “Tadi itu mas, ada orang yang melempar sepertinya dan membuat salah satu bannya kempes.” Jawab Suminto dengan muka takutnya sambil ingin menangis. “Sudah jangan nangis, sini mas peluk. Kita di dalam mobil dulu saja ya? Ibu dan ayah kemana?” tanya Bambang. “Ibu tadi pergi cari jajanan buat kita kalau ayah tadi pergi cari tukang buat benerin bannya.” Jawab Suminto. Malam yang semakin sepi membuat mereka ketakutan di dalam mobil. Tak lama ibu datang bersamaan dengan orang asing datang dari berlawanan arah ibu datang. “Mau mudik ya?” tanya orang asing tersebut kepada Bambang dan keluarganya. “iya mas ini mobil kami mogok bannya toba-tiba kempes. Mas ini siapa yah? Apa penduduk sini? Tapi disini kan sepi gelap sekali seperti tidak ada rumah.” Tanya ibu kepada orang asing tersebut. “Iya saya hanya sering lewat sini dengan jalan kaki. Disini memang setiap hari ada saja yang bannya kempes bu. Hati-hati ya bu, disini rawan sekali banyak kejadian aneh yang dialami orang-orang yang mobilnya mogok bu.” Kata orang asing tersebut. “kejadian aneh seperti apa mas? Lalu siapa yang melakukan hal aneh tersebut? Dan apa ada korban?” tanya Bambag penasaran. “Ya pastinya ada korban dek. Itu ulah orang-orang jahil mungkin sampai sekarang juga belum ada yang tau itu ulah siapa disini kan memang masih kosong dengan rumah dan penduduk. Tetap hati-hati dan jangan takut ya. Kalau kalian takut semua kalian malah di takut-takutin loh.” Jawab orang asing tersebut.
        Ayah pun datang dengan membawa tukang ban. Sambil menunggu tukang bannya membetulkan bannya, mereka berbincang-bincang di rumput-rumput samping mobil. Bambang terus penasaran dengan apa yang diceritakan oleh orang asing tersebut. Bambang bingung kenapa orang asing itu tau semuanya dan berani melewati jalan ini sendirian sedangkan dia tahu bahwa ada jalan yang lebih ramai tidak menakutkan seperti jalan ini. Bambang ingin sekali bertanya banyak kepada orang asing tersebut tetapi tukang bannya sudah selesai memebenahi kendaraannya. Merekapun berpisah dan keluarga Bambang melanjutkan perjalanan. Saat mobil mulai berjalan Bambang pun melihat kearah belakang dan melihat orang asing itu tersenyum setengah sinis kepadanya lalu balik badan dan mengambil panah dari tasnya yang terlihat terdapat banyak panah. Bambangpun terkaget dan terdiam dengan muka tegang. Seperti tidak percaya dengan pikirannya jika orang itulah pelakunya.
       Setelah kejadian tersebut, Bambang menceritakan kepada saudara-saudarnya di Jogja dan juga bercerita dengan teman-temannya disekolah. Dan cerita itu menjadi pengalaman bagi Bambang yang tidak bisa dilupakannya.

0 komentar:

Posting Komentar