Minggu, 26 Agustus 2012

Profil singkat siGladis

Nama : Gladis Nadya Asmara
Lahir: 12-10-1996
Asal sekolah: SMAN8 MALANG
Twitter: @gladisnadya
Facebook: gladis nadya

saya anak ke 2 dari dua bersaudara. berasal dari SMPN 8 Malang. Sangat suka Tari-Tarian Tradisional. Selalu suka Baca Novel yang AMAZING! Film-film yang Luar Biasa. Dan saya saya juga sayang keluarga
 dan SINYORITA alayuful!
 dan sekarang saya punya mereka semua emuaaachhhh




Tips --- Tinggi Badan


Saya akan membagi tips untuk menambah tinggi badan secara alami.

1. Cukup tidur siang dan malam hari

Tidur siang terbukti mampu menambah tinggi badan. Itu dikarenakan saat kita tidur siang hormon pertumbuhan(Growth Hormone) lebih aktif bekerja. Tidur siang yg nyenyak jg memberikan rasa rileks pada tubuh. Ini dapat mengurangi stres, terhindar dari penyakit jantung dan memperpanjang umur. Beberapa penelitian jg menyebutkan bahwa tidur siang mampu meningkatkan produktivitas, kreativitas dan kemampuan para pekerja. Lama waktu tidur siang yg baik adalah sekitar 15 menit sampai 1 jam. Sedangkan tidur malam minim 6 jam sampai 8 jam. Dan tentu saja tidur malam lebih penting dan sebaiknya selalu teratur serta cukup.

2. Memposisikan tubuh lurus terlentang saat tidur.

Entah darimana guru saya bisa tahu cara meninggikan badan dengan memposisikan tubuh lurus saat tidur. Tapi saya melakukan itu setiap tidur dan terbukti berhasil. Walaupun, memang posisi tidur seperti itu menyiksa bagi saya. Mungkin saja dengan posisi seperti itu proses pertumbuhan lebih optimal. Tubuh terlentang, kaki dan tangan lurus.

3. Makan dan minum-minuman yg mengandung protein serta kalsium tinggi

Makanan dan minuman yg banyak mengandung protein dan kalsium tinggi jg dapat meninggikan badan. Terutama susu yg memiliki kandungan gizi yg sangat lengkap. Dan sebaiknya minum susu saat akan tidur malam karena penyerapan gizi lebih optimal di waktu tidur malam.

4. Olahraga secara teratur

Olahraga juga penting bagi pertumbuhan. Renang dan basket adalah olahraga yang efektif menambah tinggi badan. Kalaupun anda terlalu sibuk dan tidak bisa melakukannya, coba untuk tiap hari melompat sebanyak 10x. Lebih baik lagi memasang target untuk dilampaui. Jadi, semisal anda punya lemari yang tinggi. Nah, usahakan terus melompat melebihi lemari itu. Memang butuh waktu berbulan-bulan tapi anda jangan putus asa, karena hasilnya akan sepadan. Tidak harus lemari, gunakan garis atau apapun sebagai target yang tidak bisa anda jangkau.

5. Jangan membiasakan diri berposisi bungkuk

Ada kebiasaan-kebiasaan yang sebenarnya salah bagi kesehatan. Posisi duduk dan berdiri bungkuk dapat menghambat pertumbuhan. Apalagi tidur di atas meja saat belajar atau bekerja
http://www.zebhi.com/2008/10/tips-menambah-tinggi-badan-secara-alami.html



Cerpen 3 ---- Balada Kisah Si Tejo

       “Tejo! Cepet dong! Kasihkan ini sama pelanggan yang didepan dari tadi itu udah nunggu lama!” kata Ilman, kasir dari Depot Nikmat Mantap. Dengan tangkasnya Tejo langsug mengambil dan memberikan sop iga untuk pelanggan yang sudah lumayan menunggu lama. “Jo? Gimana sekolah kamu? Kamu yakin bisa sekolah sambil kerja kayak gini? Kalau ketahuan sama temen-temen mu sekolah gimana? Aku tahu kamu pasti malu banget kan?” tanya teman Tejo bernama Cap. “Yaiyalah Cap, ya biar gak ketahuan ya jangan sampai ketahuan. Siapa sih yang gak kenal Tejo, Tejo kan bisa apa aja.” Jawab Tejo. “Yah kamu jo. Sombong banget ati-ati loh kalau temen mu tiba-tiba aja yang kesini.” Ketus Cap. “eh kalian ngapain disana gak kerja malah bercanda!” sahut Ilman tukang kasir yang judes itu.
        KRINGGGGGG…………!! Bel sekolah berbunyi dengan kencang. Tejo langsung masuk kelas dan duduk disebelah Jay, sahabatnya. “Jo, PR Sosio udah belum? Aku mau contek ya? Aku kemarin disuruh nemenin mama belanja dipasar tuh Jo.” Jelas Jay. “Kebiasaan kamu Jay. Kapan kamu bisa rajin. Aku aja selalu nyempetin ngerjain PR ya meskipun aku sibuk..” “Emang kamu sibuk apa Jo?”tiba-tiba Jay menyahut. “A e em.. sibuk ngeberesin kamar Jay, kamar ku kan gede banget. Jadi harus di bersiin dong.” Jawab Tejo dengan gelagapan. “oh gitu. Tumben banget rajin?” Kata Jay. Tanpa menjawab kata-kata Jay, Tejo diam dan tidk ingin melanjutkan permbicaraan Tejo takut jika Jay tau jika dia kerja paru waktu dan bukan rang kaya seperti yang Tejo selalu pamerkan di depan Jay. Tejo takut jika Jay tahu yang sebenarnya dia akan meninggalkan Tejo. Kedatangan guru Sosio menghentikan lamunan si Tejo.
         Waktu sekolah telah usai, dan sekarang waktunya Tejo pulang kerumahnya yang tak jauh dari sekolahnya itu. Rumahnya yang sangat kecil itu di tinggali tejo berdua dengan ibunya seorang. Ayahnya yang tiba-tiba pergi meninggalkan dia dan keluarganya menjadi TKI di negeri tetangga sampai sekarang masih belum memberikan kabar tentang keadaanya. Ayahnya pun tidak pernah mengirimkan uang untuk keluarganya. Itu lah yang membuat Tejo bekerja paruh waktu di Depot Nikmat Mantap. Ibunya memang bekerja sebagai tukang cuci keliling tetapi, penghasilan dari mencuci masih belum bisa mencukupi kebutuhan hidup yang semakin mendesak. “Ibuk? Buk? Ini tadi ada surat tagihan didepan. Tejo taruh mana buk?” tanya Tejo. Tetapi masih belum saja di jawab oleh ibunya. Tejo lalu berlari ke kamar ibunya dan melihat ibunya masih sakit,mungkin karena terlalu lelah bekerja seharian.
            Melihat keadaan yang dialami ibunya Tejo merasa tidak tega dan memikirkan jalan keluar dari masa sulitnya ini. Banyak tagihan yang harus dibayarnya, biaya sekolah, dan kebutuhan-kebutuhan untuk hidup lainnya. Semalaman Tejo memikirkan hal ini.”ibu, mulai besok ibu jangan kerja lagi ya? Biar Tejo saja yang kerja. Ibu sudah terlalu tua. Sudah tidak kuat tubuh ibu,” kata Tjo kepada ibunya yang sedang terbaring di kasurnya. “Kamu serius? Apa benar-benar tidak keberatan? Apa kamu tidak mau sekolah?” tanya ibu. “Sudahlah buk,Tejo mau kok, lagipula, semenjak bapak pergi dan tidak mau menghidupi kita lagi. Memang seharusnya Tejo yang harus menghidupi ibuk dan menjadi tulang punggung keluarga.” Jawab Tejo sambil memberikan senyuman manis kepada ibuknya.
          “Jay? Mana si Tejo? Biasanya dia rajin masuk sekolah. Kok sekarang dia sering tidak masuk? Kamu tahu Tejo kemana?” tanya kepala sekolah kepada Jay. “Maaf bu, tapi saya juga tidak tahu. Bertahun-tahun saya sebangku sama Tejo Cuma yang ini bu saya tidak tahu dia kemana.”jawab Jay. “Padahal rencananya saya mau mengajak dia untuk ikut berolimpiade Sains. Kan lumayan juga itu hasilnya kamu bisa kan cari dia, mungkin mendatangi rumahnya?.” Kata Kepala sekolah. “Ya sudah bu, nanti saya usahakan mencari dia. Saya juga menyesal bu, sebagai sahabat yang kenal bertahun-tahun, saya tidak pernah tau alamat rumahnya. Saya pamit dulu ya bu. Selamat siang bu.” Kata Jay sambil meninggalkan ruangan .
          Sepulang sekolah Jay mencari kemana-mana tetapi hasilnya dia tidak mengerti sama sekali dimana Tejo. Saat itu lah dia merasa sangat kehilangan sahabatnya. Dia juga menyesal selama bersahabat dia tidak terlalu ingin tahu tentang Tejo. Mungkin karena sifat Jay yang sangat-sangat cuek itu. dan sekarang Jay merasa sangat kehilangan tidak hanya dia, tetapi sekolah juga kehilangan dia. “Tejo kamu dimana sih? Aku lama-lama juga capek kalau carik kamu tapi aku gak tahu kamu dimana.”Mau pesen apa mas?” suara seseorang pelayan depot mengkagetkan Jay. “Pesen…. Loh? Cap? Kamu kerja disini? Gimana keadaan kamu sekarang? Udah lama banget kita gak ketemu.” Teriak Jay. “iya Jay semenjak aku ngundurin diri jadi sopir di rumah mu aku kerja jadi pelayan Depot. Tumben kamu cari makan disini Jay?” sahut Cap. “iya nih, aku lagi carik temen aku dia tiba-tiba ngilang gitu gak ada kabar. Padahal sekolah aku lagi butuhin dia buta Olimpiade Sains.” Jelas si Jay. Percakapan mereka yang terlalu lama itu membuat pelanggan yang lain tidak terlayani dengan baik. “Cap! Jangan ngobrol terus. Cepetan layanin yang sebelah sana tuh!” teriak si Tejo dengan tergesa-gesa membuat pembicaraan Cap dan Jay terhenti Jay langsung melihat ke arah teriakan tersebut. Mengerti yang bertiak adalah orang yang dia cari, Jay langsung berlari dan memegang tangan Tejo. 
      “Ya ampun, mana mungkin aku setega itu Jo, aku berteman bukan melihat harta dari temen aku. Aku gak akan sejahat itu kok.” Jelas Jay. “Iya Jo, udah deh sekarang kamu balik sekolah biar, kamu ikut olimpiade Sains aja, hadiahya lumayan loh bisa ngerubah hidup kamu juga. Kita semua yakkin kok kalau kamu pasti menang.” Kata Cap. “Makasih ya Cap Jay, tapi aku harus kerja. Iya kalau aku menang kalau aku kalah?”tanya si Tejo. “kalau kamu kalah ya kamu tinggal balik kerja disini aja. Gitu aja kok susah.” Tiba-tiba kata-kata Ilman memecahkan keheningan. Memang dari tadi Ilman memperhatikan pembicaraan mereka bertiga. Dan Ilman pun bersedia membantu Tejo. “oke aku terima!” aku sekolahlagi dan ikut olimpiade sains itu, Cap dan Jay, aku titip ibuku ya!” kata Tejo dengan semangat. Cap, Jay, dan Ilman menganggukan kepala.
       Setelah mejelaskan kepada ibunya, ibunyapun sangat mendukung Tejo. Hari demi hari Tejo selalu berlatih untuk olimpiade nya. Dan setara dengan perjuangannya Tejo memenangkan olimpiade tersebut. Hadiahnya dia mendapat beasiswa dari sekolahnya, dan beasiswa dari sebuah unversitas teranama dan juga mendapatkan uang yang bisa membantu kehidupannya kedepan bersama ibunya tercinta.

Cerpen 2 --- Pemanah Ban Mobil

          Bulan Ramadhan kali ini memang sangat bermakna bagi Bambang. Jelas saja, dia dan keluarganya bisa mudik bersama-sama setelah tahun-tahun yang lalu mereka tidak bisa mudik ke kampung halamannya. Dan sekarang keluarga tersebut bersiap untuk mudiknya ke Yogyakarta. “Ibuk, kita berapa hari disana? Bambang bawa baju sedikit saja ya bu, biar tidak berat nih buk.” Tanya Bambang kepada ibunya. “Iya sudah, terserah kamu kira-kira sendiri saja. Tapi juga jangan terlalu sedikit kita disana kira-kira 4 harian lah mbang.” Jawab ibu sambil sibuk memasak untuk buka puasa. “Berarti kita akan mudik sambil puasa buk?” tanya adaik bambang yang bernama Suminto. “iya min, tapi kalau kamu tidak kuat, batal puasa juga tidak papa kok, kita kan tergolong musafir.” Jawab ayah. “Tidak yah, Minto harus puasa penuh di Ramadha kali ini. Minto malu nanti sama ibu guru kalau Minto di tanya nanti.” Tegas Minto kepada ayahnya. Setelah percakapan tentang persiapan hari mudik besok. Adzan Magrib pun mulai berkumandang, Bambang dan Minto pun lari ke meja makan. Dan keluarga tersebut berbuka puasa bersama menikmati hidangan yang dibuat ibu.
        “Min, ayo cepat bangun! Kamu puasa gak? Ini udah waktunya sahur min.” ucap Bambang sambil membangunkan adiknya. Dengan muka ngantuknya Suminto bangun dan langsung ke kamar mandi untuk mencuci mukanya. Saat sahur, ayah menyuruh Bambang dan Suminto untuk memasukkan barang- barang kedalam mobil karna mereka akan berangkat setelah sholat Subuh. “Semuanya siap? ayo cepat masuk mobil dan kita langsung berangkat.” Teriak ayah. Keluarga tersebut masuk kedalam mobil dan merekapun berangkat untuk mudik. “Akhirnya kita mudik juga ya yah, aku kangen sekali dengan saudara-saudara di sana. Bagaimana ya keadaan disana? Berubah tidak ya?.” Ucap Bambang. “Ya kita lihat sajalah nanti, ayah juga tidak tahu bang.” Jawab ayah. Di sepanjang perjalanan banyak sekali pemandangan indah yang mereka lihat. Suminto sangat bersemangat dan tidak tidur hanya untuk memoto pemandangan yang mereka lewati. Sedangkan ibu dan Bambang sudah tertidur pulas.
         “Ada apa ini min? kok mobil nya berhenti? Kita baru nyampek mana? Kok sudah istirahat?” tanya Bambang kepada adiknya. “Tadi itu mas, ada orang yang melempar sepertinya dan membuat salah satu bannya kempes.” Jawab Suminto dengan muka takutnya sambil ingin menangis. “Sudah jangan nangis, sini mas peluk. Kita di dalam mobil dulu saja ya? Ibu dan ayah kemana?” tanya Bambang. “Ibu tadi pergi cari jajanan buat kita kalau ayah tadi pergi cari tukang buat benerin bannya.” Jawab Suminto. Malam yang semakin sepi membuat mereka ketakutan di dalam mobil. Tak lama ibu datang bersamaan dengan orang asing datang dari berlawanan arah ibu datang. “Mau mudik ya?” tanya orang asing tersebut kepada Bambang dan keluarganya. “iya mas ini mobil kami mogok bannya toba-tiba kempes. Mas ini siapa yah? Apa penduduk sini? Tapi disini kan sepi gelap sekali seperti tidak ada rumah.” Tanya ibu kepada orang asing tersebut. “Iya saya hanya sering lewat sini dengan jalan kaki. Disini memang setiap hari ada saja yang bannya kempes bu. Hati-hati ya bu, disini rawan sekali banyak kejadian aneh yang dialami orang-orang yang mobilnya mogok bu.” Kata orang asing tersebut. “kejadian aneh seperti apa mas? Lalu siapa yang melakukan hal aneh tersebut? Dan apa ada korban?” tanya Bambag penasaran. “Ya pastinya ada korban dek. Itu ulah orang-orang jahil mungkin sampai sekarang juga belum ada yang tau itu ulah siapa disini kan memang masih kosong dengan rumah dan penduduk. Tetap hati-hati dan jangan takut ya. Kalau kalian takut semua kalian malah di takut-takutin loh.” Jawab orang asing tersebut.
        Ayah pun datang dengan membawa tukang ban. Sambil menunggu tukang bannya membetulkan bannya, mereka berbincang-bincang di rumput-rumput samping mobil. Bambang terus penasaran dengan apa yang diceritakan oleh orang asing tersebut. Bambang bingung kenapa orang asing itu tau semuanya dan berani melewati jalan ini sendirian sedangkan dia tahu bahwa ada jalan yang lebih ramai tidak menakutkan seperti jalan ini. Bambang ingin sekali bertanya banyak kepada orang asing tersebut tetapi tukang bannya sudah selesai memebenahi kendaraannya. Merekapun berpisah dan keluarga Bambang melanjutkan perjalanan. Saat mobil mulai berjalan Bambang pun melihat kearah belakang dan melihat orang asing itu tersenyum setengah sinis kepadanya lalu balik badan dan mengambil panah dari tasnya yang terlihat terdapat banyak panah. Bambangpun terkaget dan terdiam dengan muka tegang. Seperti tidak percaya dengan pikirannya jika orang itulah pelakunya.
       Setelah kejadian tersebut, Bambang menceritakan kepada saudara-saudarnya di Jogja dan juga bercerita dengan teman-temannya disekolah. Dan cerita itu menjadi pengalaman bagi Bambang yang tidak bisa dilupakannya.

Cerpen 1 --- Teman-Teman ku Baik



Pagi ini adalah pagi yang sangat cerah bagi Amel. Dia merasa lega karena hari inilah dia bisa melepas rindu dengan teman-temannya. Amel rindu dengan semua canda tawa teman-temannya, celotehan yang tak ada akhirnya dengan teman-temannya, dan juga suasana sekolahnya. Tak Cuma lega, Amel juga merasa agak takut, dia takut jika pembagian kelas hari ini tidak sesuai dengan keinginannya. Tapi, Amel yakin dia pasti bisa bergaul dengan teman-teman barunya. “Mah aku berangkat dulu yah, salamin aja ke papa ya. Amel takut kalau terlambat.” Kata Amel. “Iya. Eh kamu hati-hati ya mel. Mama nanti pulang agak sore mungkin soalnya mau keluar sama budemu dari siang.” Jawab mama. “Oke deh ma.
              Seperti hari-hari biasanya Amel selalu berangkat sekolah naik angkot. Mungkin semua sopir angkotnya sudah akrab dengannya. “makasih ya pak.” Kata Amel pada sopir angkot yang mengantarnya. “iya sama-sama ya neng Amel.” Jawab pak sopir angkot. Di depan gerbang sekolah Amel seperti biasa memasang senyum anehnya yang kalau dilihat sperti terpksa melebar, tetapi itu memang senyum iklasnya dan senyuman itu selalu membuat teman-temannya tertawa terpingkal. “Mel? Gak bisa brenti senyum kayak gitu? Sumpah ini aneh banget mel.” Kata MInun sambil tertawa sampai menangis. “Nun, ini ketawa iklas ku tau,kalo ketawa, ketawa aja gak usah nangis nangis gitu.” Jawan Amel. “Udah ah mel, ayook buruan ke lapangan, udah mau dibagi kelasnya.” Kata Piko mengakhiri percakapan Minun dan Amel. Setelah menunggu pembagian kelas yang amat sangat membosanka itu. Jadilah Piko, Minun, dan Amel satu kelas. Mereka bahagia tapi, mereka juga bingung siapa yang harus mengalah untuk duduk sendiri, mereka cuma bertiga dan bangkunya hanya berisikan 2 kursi. “Oke! Gak usah saling ngeliat kali cemun ku. Gak usah bingung, aku gak papa kok duduk sendiri. Gimana?” kata Amel dengan semangat dan langsung menarik Minun dan Piko untuk masuk kelas barunya.
              “Saya boleh duduk disebelah sini?”  Sapa seorang anak laki-laki. “Oh iya boleh kok, kursinya kan bukan punyakku, milik kita semua kok.” Jawa Amel. Tak sempat untuk menannyakan nama anak laki-laki itu, Wali kelas itu pun masuk dan mengabsen satu persatu muridnya. Amel punmengerti teman sebangkunya itu bernama Sugianto. “Sugianto?” sapa Amel. “Panggil saja saya Gian.” Jawabnya. “Ha? Gian? Oke, eh jangan manggil anda saya gitu kali yan? Aku jadi gak enak juga. “Iya Mel,” jawab Gian sambil tertawa malu. Dari awal penilaian Amel, Sugianto menurutnya anak laki-lai yang sangat rapi. Dasinya berada di kacing yang paling atas, meskipun tidak keliatan seperti anak lugu, tapi dia kelihatan kalau masih lugu. Tapi, Amel tidak merasa terganggu dengan kelakuan GIan justru Amek sangat terhibur dengan kuluguannya Gian.
              Karna hari ini adalah hari pertama masuk, tentunya KBM belum berlangsug dan pulang lebih pagi. Langsunglah Amel pulang. “loh? Kok sepi? Kan mama bilang siang sampai sore keluarnya. Udah aku bela-belain langsung pulang biar bisa gak kekunci di luar. Eh malah perginya pagi. Tunggu aja deh.” Kata Amel. “Mel? Kamu gak ikut mamamu ke rumah sakit?” tanya tetangga depan rumahnya. “Enggak No. Ngapain ke rumah sakit? Aku baru aja pulang No, kekunci d luar No.” jawab Amel. “Yuk cepet, aku anter aja kamu kesana!.” Sahut Ono. Di jalan Amel hanya diam memikirkan apa urusan ibunya dengan rumah sakit yang dimaksud Ono. Pikiran Amel mulai kacau. Diantarnya Amel ke suatu kamar dari rumah sakit itu. Amel pun melihat ayah nya tergeletak lemah di kamar tersebut. Amel pun mengerti ayahnya baru saja terserang penyakit jantung mendadak. Terasa lemas tubuh Amel dia menutup wajahnya dan menangis. Rasanya sedih, menyesal, dan dia bungung harus melakukan apa setelah mamanya menjelaskan kejadian yang terjadi pada ayahnya itu. “Mel, kamu pulang aja ya sama Ono. Besok kamu harus sekolah kan. Biar mama aja yang jaga papamu. Nanti, kalau kamu mau apa-apa bilang aja ke Ono mama udah bilang kok sama tetangga depan.” Kata mama. Amel pun hanya diam seperti orang melamun dan meninggalkan rumah sakit itu. sepanjang perjalanan pulang Amel hanya diam dan menangis. Dia sangat terpukul, Ono pun menjadi bingung harus menghibur dengan melakukan apa. “Mel? Udah nyampek nih, turun dong, masak aku harus nuntun motor yang kamu naikin masuk ke gang?” hibur Ono sambil tertawa kecil. Amel langsug lari menuju rumahnya dan menangis di dalam rumahnya sendirian. Ono yang kaget melihat Amel seperti itu langsung mengerutkan dahinya. Amel memang dikenal sebagai anak yang ceria, ramah, lucu dan selalu menganggap semuanya mudah. Tapi. Rasanya itu hilang setelah Amel melihat ayahnya dipasangkan oleh alat-alat rumah sakit yang mengerikan itu. Semalaman Amel menangis yang membuat matanya bengkak.
              Saat disekolah Amel medapatkan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan keadaan raut mukanya. Tapi Amel hanya menjawab "Aku gak papa kok.” Sambil tersenyum pasrah. Amel memang sengaja menutupi musibah yang terjadi padakeliarganya. Hari demi hari yang dia jalani justru makin menyedihkan, ayahnya masih saja belum membaik, justru makin parah. Amelpun, tidak tahan dan menceritakan kepada sahabat-sahabatnya. “Amel aku sama Minun ikut sedih, lain kali kalau ada apa-apa langsug cerita sama kita aja, biar kamu gak nyimpen sendri. Bahaya loh kalau kamu simpen itu sendiri.” Ucap Piko. “Mel? Papa kamu beneran sakit jantung? Masih belum sadar?” tiba-tiba Gian ikut dalam pembicaraan. “iya gi, aku gak tau harus ngapain biar ayah ku membaik.” Jawan Amel. “harusnya kamu jangan sedih di depan ayah mu. Kalau kamu sedih otomatis ayah mu juga sedih, nah gimana mau sembuh kalau ayah mu masih sedih?” jelas Gian. “Iya bener itu mel. Kamu harus sembunyiin perasaan sedih kamu ke papa kamu. Aku juga pernah denger itu dari tetangga ku yang biasa ngerumpi di Posyandu sebelah rumah ku.” Celetuk Minun. Amel pun memutuskan untuk mengikuti saran yang diberikan oleh teman-temannya itu. Dan yang hasil kesehatan papanya memang semakin membaik. Dia pun bercerita kepada teman-temannya. “makasih yah teman-temanku yang sangat aku sayangi. Berkat kalian nih papa aku udah agak baik. Sekarang papa udah boleh pulang. Tapi belum sembuh total kata dokternya ada masa pemulihannya gitu.” “iya mel, kita juga seneng kali mel. Lihat kamu udah bisa ketaa-ketawa kayak dulu lagi.” Jawab Piko.
            Kini Amel merasa sedikit lega dengan kemajuan kesehatan papanya itu. hari harinya diisi untuk memulihkan papanya dengan usaha menghibur papanya. Tapi, dia harus tetap waspada dengan penyakit papanya jika kembali menyerang kesehatan papanya itu.


 

 

Puisi ---- Penantian ku

sepi ini tak kunjung pergi

padahal kursi ini sudah reot

kaki-kainya hampir patah pula

angin hilir mudik menyapa 

tampaknya ia ingin mengusirku dari sini

tapi maaf, aku tak bisa pergi

aku akan tetap disini 

akan menunggu dia pulang


Puisi ---- Meraih Dunia


keringat ini tak boleh sia-sia
menetes, mengalir lalu jatuh ke tanah

ini bukan masalah keringat

namun sebuah kisah perjalanan

perjalanan seorang anak manusia

dengan perih ia tertawa

dengan tangis ia dikuatkan semua itu

demi meraih dunia